MEGABERITA – Puluhan ribu warga Israel memadati pusat Yerusalem pada hari Minggu (31/3/2024) dalam protes anti-pemerintah terbesar sejak negara itu berperang di Jalur Gaza pada Oktober 2023. Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk membebaskan puluhan sandera yang ditahan di Jalur Gaza oleh Hamas dan mengadakan pemilu lebih awal.
Masyarakat Israel secara luas bersatu segera setelah 7 Oktober, ketika Hamas membunuh sekitar 1.200 orang dalam serangan lintas batas dan menyandera 250 lainnya. Konflik yang terjadi selama hampir enam bulan telah memperbaharui perpecahan dalam kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, meskipun sebagian besar negara tersebut masih mendukung perang.
Netanyahu telah berjanji untuk menghancurkan Hamas dan memulangkan semua sandera, namun tujuan tersebut masih belum tercapai. Meskipun Hamas menderita kerugian besar, namun kelompok itu tetap utuh.
Sekitar setengah sandera di Jalur Gaza dibebaskan dalam gencatan senjata selama seminggu pada November. Namun, upaya mediator internasional untuk memulangkan sandera yang tersisa gagal. Pembicaraan dilanjutkan pada hari Minggu tanpa ada tanda-tanda terobosan akan segera terjadi.
Keluarga para sandera yakin waktu hampir habis dan mereka semakin vokal menyatakan ketidaksenangan mereka terhadap Netanyahu.
“Netanyahu hanya bekerja untuk kepentingan pribadinya,” ujar Boaz Atzili, yang sepupunya, Aviv Atzili dan istrinya, Liat, diculik saat serangan 7 Oktober, seperti dilansir AP, Senin (1/4).
Liat dibebaskan, namun Aviv tewas dan jasadnya masih berada di Jalur Gaza.