MEGABERITA – Olympique Marseille menduduki takhta tertinggi Eropa pada 1992/1993. Namun, mereka tidak lama berada di langit ketujuh.
Marseille bahkan langsung merasakan neraka setahun berselang. Mereka turun kasta dari Ligue 1 pada 1993/1994 meski menduduki peringkat dua klasemen akhir.
Les Olympiens merasakan penderitaan ini karena skandal pengaturan skor. Bernard Tapie, presiden klub saat itu, diduga memengaruhi hasil pertandingan domestik melawan Valenciennes. Motivasinya agar pemain bisa hemat energi dan bebas cedera jelang final kompetisi Eropa.
Dari starter yang mengalahkan AC Milan 1-0 pada final Liga Champions, hanya satu yang bertahan di klub menghadapi masa sulit ini. Fabien Barthez menetap di Stade Velodrome hingga 1995 sebelum bergabung ke AS Monaco.
Sementara sembilan dari 13 nama yang merumput melawan Milan masih berada di Marseille saat vonis dijatuhkan. Sisanya, mencakup Rudi Voller, Basile Boli, Jocelyn Angloma, Eric Di Meco, Jean-Jacques Eydelie, Jean-Christophe Thomas, dan Didier Deschamps hengkang di musim panas 1994.
Nestapa buruk Marseille memang terjadi karena masalah administrasi, bukan karena anjloknya performa. Namun, nasib mereka tetap menjadi keruntuhan tercepat bagi juara sepak bola Eropa di liga domestik.